Oke. Anda boleh mengejek saya latah atau gampang terpengaruh tren. Tapi fenomena yang terjadi belakangan tidak bisa saya hindarkan. Ya, anda mungkin sudah mengetahui atau bahkan terkena demam kepopuleran kembali es krim produksi Wall’s : Magnum Classic. Belakangan banyak yang mengaku terkena rasa penasaran ingin mencicipi es krim yang sebenarnya bukanlah merek baru ini. Tidak segan-segan mereka menceritakan pengalaman mereka memburu es krim ini dari mulai minimarket hingga supermarket.
Banyak pula yang mengaku kehabisan, dan fenomena ngidam Magnum makin merembet dan menulari orang lain berkat update status di jejaring sosial macam twitter maupun facebook. Coba saja anda search mention Magnum pada twitter. Tak kurang setiap menit ada saja yang mengaku bahwa baru saja mencicipi es krim tersebut, bertanya penasaran, atau malah geregetan karena belum berhasil mendapatkannya.
Saya masih ingat ketika saya masih duduk di bangku SMP. Es krim Magnum telah muncul dengan harga yang relatif mahal untuk ukuran saat itu (abaikan soal inflasi) seharga Dua ribu rupiah. Kalau tidak salah, iklannya menggambarkan sosok wanita seksi dengan suara menggoda dia menggigit es krimnya dan mengatakan bahwa coklat belgia-nya yang tebal sungguh enak. Saya pun masih hafal tagline iklannya yang mengatakan: “Es krim pertamaku.. tak terlupakan…” Sejak saat itu, imej Magnum sebagai es krim yang cukup mahal terus melekat hingga sekarang saat harganya telah mencapai sepuluh ribu rupiah per batang.
Mungkin setelah merasa puas dengan iklan-iklan bombastis yang menyasar anak-anak dan remaja yang diwakili oleh produk es krim Paddle Pop dan Conello, Wall’s kini mencoba mempopulerkan kembali Magnum yang kini tampil dengan tiga macam varian. Terus terang, saya sekarang menyukai varian Magnum Almond. Penggambaran di iklan yang seolah mengatakan bahwa anda yang memakan es krim ini akan merasa dilakukan secara spesial, mungkin sangat mengena bagi sebagian orang. Oh, ayolah! pasti banyak diantara kita yang menganggap bahwa mengkonsumsi es krim hanyalah anak-anak dan remaja saja bukan? itulah, dengan cerdas Wall’s menyasar kepada target konsumen yang lebih dewasa. Mungkin 20 tahun ke atas. Yang pasti, iklan ini berhasil membuat orang-orang yang penasaran bersedia melungsurkan uang sepuluhribuan untuk menikmati es krim ini. Mau tak mau, imej bahwa Magnum adalah es krim yang terlalu mahal kini sudah mulai luntur dari pikiran saya. Kalau memang seenak itu, tentu sepadan bukan?